Selasa, 01 Maret 2016
Kamis, 21 Mei 2015
09.31.00
Unknown
A. Lokasi
Daerah Irigasi Rja Maligas Terletak di sebelah timur Kabupaten Simalungun, di Kecamatan Tanah Jawa dengan jarak 45 Km dari Pematang Siantar. Desa utama di Daerah irigasi adalah Desa Pulo Sarana di sebelah utara, Desa Panombean di sebelah selatan dan Desa Raja Maligas di sebelah timur.
Daerah irigasi ini dikelilingi sungai Bah Tongguran di sebelah barat dan Bah Bolon di timur.
B. Topografi dan sungai
C. Daerah Irigasi & Praktik Irigasi
D. Sumber Air
Sumber air untuk daerah irigasi Raja Maligas diambil dari sungai Bah Tongguran melalui intake bagunan penyadap Banh Tongguran IV. situasi intake di daerah irigasi dan daerah irigasi yang lain ditunjukkan pada diagram skematik berikut :
Rata-rata curah hujan tahunan di daerah aliran diperkirakan 2,8 mm setiap bulan dan menngalir di sungai pada intake dan pemenuhan air irigasi untuk daerah irigasi dengan pola mengikuti :
E. Fasilitas Drainase & Existing Irigasi
1. Bangunan penyadap UtamaBah Tongguran IV yang berada di lokasi sungai Bah Tongguran sekitar 200 m dari area proyek dan bentuknya cenderung tipe terjunan dengan tinggi sekitar 2,3 m dan tinggi puncak 33 m. eksisting bendungan tua dengan intake dan pintu dorong tidak berfungsi dengan baik.
ada lebih dari satu bendung pada aliran menyimpang disamping sungai utama. untuk menjaga elevasi permukaan air yang dibutuhkan pada bangunan penyadap Bah Tongguran IV.
2. Sistem Saluran Irigasi
Di daerah irigasi ini terdapat saluran primer 12.084 m dan saluran sekunder 450 m dengan total panjang 12.534 m. kepadatan eksisting saluran 12,5 m/ha. akan tetapi, diatas 2 saluran irigasi telah tergerus dan terbentuk bagian yang tidak beraturan disebabkan oleh kurangnya operasi dan pemeliharaan dan struktur yang diperlukan seperti terjunan, katup, saluran pembuangan, saluran intake.
berkenaan dengan struktur yang berhubungan dengan eksisting, ada 50 eksisting seperti struktur pengalihan, saluran pembuangan, aliran keluar, terjunan, saluran air dan jembatan pada saluran primer.
kebanyakan dari struktur eksisting rusak, oleh karena itu, penggantian dengan struktur batu atau rehabilitasi diperlukan.
Di daerah irigasi ini tidak ada pemisahan sistem drainase dan kelebihan limpahan telah dikeluarkan melalui sawah ke sawah, dan sebagian dikumpulkan saluran irigasi. demikian semua saluran irigasi di area irigasi mempunyai 2 fungsi dinamakan irigasi dan drainase. penyebab saluran ini menggerus hingga kecepatan aliran tinggi selama musim hujan.
4. Sistem Tersier
sistem tersier telah dikembangkan tidak sewajarnya. didaerah
Rabu, 20 Mei 2015
15.07.00
Unknown
Sempadan sungai
adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai termasuk sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Daerah Penguasaan Sungai :
adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan.
PERANAN
PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN SUNGAI
- Diatur dalam Peraturan Menteri PU No.63 Tahun 1993 tentang garis sempadan sungai, Daerah manfaat sungai, Daerah pemanfaatan sungai dan bekas sungai
- Pasal 4 – untuk sungai yang dilimpahkan kewenangannya kepada Pemerintah Daerah, batas garis sempadan sungai ditetapkan dengan Peraturan Daerah berdasarkan usulan Dinas.
- Penetapan Garis Sempadan sungai apabila dipandang perlu dapat disempurnakan setiap 5 (lima) tahun.
- Rencana Penetapan Garis Sempadan Sungai yang telah disempurnakan akan dituangkan dalam format produk hukum ditetapkan sebagai berikut :
- Sungai lintas propinsi ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dengan Peraturan Menteri;
- Sungai Lintas Kabupaten ditetapkan oleh Gubernur dengan Peraturan Daerah Provinsi;
Sungai
dalam Kabupaten ditetapkan oleh Bupati dengan Peraturan Daerah.
Sumber : Dinas PU Pengairan Banyuwangi
Rabu, 13 Mei 2015
16.28.00
Unknown
Sungai adalah aliran air
yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber)
menuju hilir (muara).
Ada
juga sungai yang terletak di bawah tanah, disebut sebagai "underground
river". Misalnya sungai bawah tanah di Gua Hang Soon Dong di Vietnam,
sungai bawah tanah di Yucatan (Meksiko), sungai bawah tanah di Gua Pindul
(Filipina).
Pada
beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah
sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui sungai merupakan cara yang biasa
bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari
beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa
anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan.
Pengujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju.
Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).
JENIS-JENIS SUNGAI
Menurut jumlah airnya:
- sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito, dan Mahakam di Kalimantan, Sungai Musi dan Sungai Indragiri di Sumatra.
- sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di Pulau Jawa, misalnya Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah, Sungai Progo dan Sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Sungai Brantas di Jawa Timur.
- sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang mengalirkan airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba dan Sungai Batanghari di Sumatra.
- sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Menurut genetiknya:
- sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.
- sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen.
- sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen.
- sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan.
- sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen.
- sungai andesen yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan lapisan batuan yang dilalui.
- sungai anaklinal yaitu sungai yang arah alirannya mengalami perubahan karena tidak mampu mengimbangi pengangkatan lapisan batuan.
Menurut sumber airnya:
- sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di Pulau Jawa dan kawasan Nusa Tenggara.
- sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Bnyak dijumpai di negara-negara yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan Sungai Rhein di Jerman.
- sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es. Dapat dijumpai di Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo
MANAJEMEN SUNGAI
Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau
mengurangi dampak negatifnya terhadap kegiatan manusia.
- Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau menghasilkan energi.
- Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.
- Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun navigasi
- Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan untuk meningkatkan rerata aliran.
Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan, karena sungai
cenderung untuk mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang
dikeruk akan kembali mendangkal, mekanisme pintu air akan memburuk seiring
waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan sangat mungkin mengalami rembesan
atau kegagalan yang dahsyat akibatnya. Keuntungan yang dicari dalam manajemen
sungai seringkali "impas" bila dibandingkan dengan biaya-biaya sosial
ekonomis yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang
bersangkutan. Sebagai contoh, di beberapa bagian negara berkembang, sungai
telah dikungkung dalam kanal-kanal sehingga dataran banjir yang datar dapat
bebas dan dikembangkan. Banjir dapat menggenangi pola pembangunan tersebut
sehingga dibutuhkan biaya tinggi, dan seringkali makan korban jiwa.
Banyak sungai kini semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat,
karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang
bermigrasi dan menetap, serta budidaya tambak,burung-burung, dan
beberapa jenis mamalia
DAMPAK EKSPLOITASI BERLEBIHAN TERHADAP EKOSISTEM SUNGAI
Eksploitasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti "pengusahaan;
pendayagunaan; pemanfaatan untuk keuntungan sendiri";
"pengisapan"; "pemerasan (tenaga manusia)". Eksploitasi
dalam bahasa Inggris (exploitation) berarti "politik pemanfaatan yang
secara sewenang-wenang atau terlalu berlebihan terhadap suatu subyek, hanya
untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan,
keadilan, serta kompensasi kesejahteraan." Eksploitasi berlebihan terjadi
ketika sumber daya yang dikonsumsi telah berada pada tingkat yang tidak
berkelanjutan.
Tidak
hanya ekosistem darat yang dapat mengalami eksploitasi berlebihan. Ekosistem
akuatik seperti laut, sungai, danau, dan perairan lainnya dapat mengalami hal
yang serupa. Eksploitasi sumber daya akuatik dapat berupa penangkapan organisme
laut secara berlebihan. Penangkapan organisme laut (seperti ikan konsumsi
maupun ikan hias) dan pengambilan terumbu karang dapat menyebabkan terganggunya
keseimbangan lingkungan di ekosistem laut.
Organisme
yang beragam hidup di terumbu karang. Namun, terumbu karang demikian rapuh
terhadap kerusakan karena pertumbuhannya lambat, mudah terganggu, dan hanya
hidup pada perairan yang dangkal, hangat, dan bersih.
Terumbu
karang hanya dapat hidup pada perairan dengan suhu 18 — 30 °C. Kenaikan
suhu sebesar 1 °C dari batas maksimum dapat menyebabkan kerusakan terumbu
karang. Rusaknya terumbu karang akan menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi
organisme yang ada pada ekosistem terumbu karang.
Ancaman lain yang dapat
mengganggu ekosistem perairan adalah penggunaan ekosistem perairan sebagai
daerah wisata. Penetapan daerah wisata perairan dapat dikatakan sebagai
eksploitasi karena apabila daerah wisata tersebut tidak dikelola dengan balk
maka akan mengganggu keberadaan organisme yang ada di ekosistem tersebut.
Sebagai contoh, daerah wisata pantai di Bali atau wilayah Jakarta bagian utara
yang ekosistem alaminya telah terganggu oleh aktivitas manusia yang berlebihan.
Kedua pantai tersebut telah tercemar oleh sampah yang dibuang pengunjung tempat
wisata tersebut
REFERENSI
- Allan, J.D. 1995. Stream Ecology: structure and function of running waters. Chapman and Hall, London. Pp. 388.
- Angelier, E. 2003. Ecology of Streams and Rivers. Science Publishers, Inc., Enfield. Pp. 215.
- ”Biology Concepts & Connections Sixth Edition”, Campbell, Neil A. (2009), page 2, 3 and G-9. Retrieved 2010-06-14
Langganan:
Postingan (Atom)